Minggu, 10 April 2016

Soft Diplomacy Japan (Nippon)

 Hi, guys tahukah kalian kenapa di dunia ini negara seperti Amerika Serikat sangat kuat powernya di antaranya negara lainnya? Yang saya maksud power disini bukanlah kekuatan murni otot saja lhoo . . . melainkan power dalam hal lain seperti pengaruh, budaya negara, pendapat serta kontrol akan negara lain. Nah disini saya akan membahas apa itu power?
POOWEEEERRR
It's theee Poweeerrrrr !!

Power is the rate of doing work. It is the amount of energy consumed pe unit time. Yang bisa juga di artikan bisa menjadi hasil dari kekuatan dan kecepetan. Dalam arti politik power sendiri bisa berupa Kekuasaan.

Nah.. tadi saya memberi contoh tentang Amerika tapi yang saya bahas bukan mengenai negara super power tersebut melainkan negara ini berasal dari asia.

Yupz negara tersebut adalah Jepang. Tidak kalah dengan Amerika dalam hal power, dominasi Jepang di dunia mulai menyebar ke berbagai dunia di era sekarang ini.

Pulau Dana Ujung Selatan Indonesia

Masih ingatkah kalian dengan lagu dari Sabang sampai Merauke? Berisikan tentang batas negara kita dari (Ujung Timur ke Ujung Barat), dari Miangga sampai Pulau Rote (Ujung Utara ke Ujung Selatan) tapi tahukah kalian ternyata pulau paling selatan di Indonesia bukanlah pulau Rote?(NB: guruku dulu menyebutnya pulau Roti)
Nama Pulau tersebut yaitu Pulau DANA!! Surprise?? I’m the one suprise in here! Because . . . that name ? ? is that my island maybe? okey back on topic.

Hari ini saya akan memposting sebuah rangkuman tentang Pulau Dana dan sejarahnya!!


Pulau Dana merupakan salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia yang letaknya di ujung selatan Indonesia yang masih merupakan bagian Nusa Tenggara Timur. Pulau Dana yang berjarak 120 km dari kota Kupang dan 4 km dari pulau Rote ini merupakan salah satu pulau kecil yang tidak berpenghuni tetap. Penghuninya pun saat ini hanyalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai garda terluar di sisi selatan. Karena konon dulu di pulau ini terjadi pembunuhan massal yang hanya menyisakan 7 orang selamat dari seluruh penduduk pulau, oleh karena itu di tempat ini hanya terdapat mereka TNI dan beberapa kawanan hewan kijang. Meski tak berpenghuni bukan berarti Pulau ini tak layak huni. Dengan luas sekitar 2km persegi, pulau indah dengan berpasir putih ini memiliki hutan dan danau air tawar yang di kenal dengan danau merah, di kawasan yang di huni TNI juga terdapat sumber air tawar yang muncul dari tanah galian sedalam 1,5 meter. Disini pun kita juga bisa menemukan beberapa rusa timor yang keberadaannya di lindungi oleh pemerintah Nusa Tenggara Timur.

Saya membaca beberapa informasi mengenai legenda-legenda yang terdapat di pulau ini seperti ada mitos yang mengatakan wanita haid dilarang memasuki area danau merah yang terletak di tengah pulau. Lalu ada lagi yang lebih mengkagetkan, konon menurut kepercayaan masyarakat setempat terdapat dua buah batu Termanu yang memiliki jenis kelamin pria dan wanita setiap batunya. Seriously??? Batu itu bernama Batu Hun dan Batu Suelay. Dan batu itu bisa berjalan berpindah-pindah sendiri, pada zaman dahulu kala sebelum menetap di Rote batu tersebut berada di sekitar Maluku. You don’t say?? Even a stone has girlfriend? By The Way itu tidak lebih hanyalah mitos warga setempat dan kita berhak percaya atau tidak dengan hal tersebut.
Berdasarkan penuturan salah seorang keturunan Raja Thie, ber-fam (keluarga) Messakh, kisah habisnya penduduk Pulau Dana tak lepas dari keberadaan Pulau Rote. Kala itu (pada masa penjajahan Belanda) konon, Pulau Dana dan Rote dipimpin oleh sistem kerajaan. Pulau Rote, mempunyai tiga kerajaan yang baik raja maupun pengikutnya berasal dari penduduk asli, yakni Kerajaan Thie, Termanu, dan Baa.

Sedang di Pulau Dana, berdiam sebuah kerajaan yang baik raja maupun penduduknya merupakan pendatang dari luar NTT (diduga dari Makassar) yang kebetulan singgah saat berlayar, kemudian terpukau kekayaan Pulau Dana dan menemukan air tawar, yang akhirnya menetap di pulau ini.

Suatu malam, ada beberapa nelayan Rote yang pergi mencari ikan hingga terdampar di Pulau Dana. Saat itu konon malam minggu. Malam, dimana penduduk Pulau Dana tengah mengadakan pesta rakyat dengan berdansa atau menari bersama.

Beberapa nelayan Rote tersebut lalu datang menghampiri. Lantaran terpukau kecantikan perempuan Dana, nelayan tersebut menggoda salah seorang di antaranya. Tak ayal, hal ini membuat penduduk lain marah. Nelayan-nelayan tersebut lalu dihabisi oleh penduduk Dana.

Waktu berlalu, hari berganti. Di Rote sendiri, ternyata seorang ibu hamil tengah menunggu suaminya pulang berlayar, namun si suami tak kunjung kembali. Hingga akhirnya si anak lahir dan beranjak dewasa.


Ketika si anak kecil hingga beranjak remaja, si anak selalu bertanya kepada ibunya, kemana ayahnya pergi. Mengapa tak kunjung kembali. Dan ibu selalu menunjuk ke laut, ke arah Pulau Dana, arah yang dituju suaminya untuk berlayar mencari ikan.

Saat si anak beranjak remaja, Raja Messakhraja Kerajaan Thie-menggelar sebuah pesta besar. Ia mengundang seluruh raja dan penduduk Pulau Rote dan pulau-pulau berpenghuni di sekitarnya. Raja Dana dan penduduknya pun datang berkunjung.

Tak disangka, dalam sebuah jamuan, si istri dari nelayan yang terbunuh di Pulau Dana menemui seorang penduduk Dana yang menggunakan ikat pinggang suaminya di pesta tersebut. Ikat pinggang ini terbuat dari kulit kerbau dengan disain khusus, yang ia yakini hanya milik suaminya. Penuh sesak akan rasa rindu dan penasaran atas perginya si suami tanpa kabar, si perempuan itu akhirnya datang menghampiri laki-laki tersebut dan menanyakan dari mana asal ikat pinggang yang dikenakannya.

Benar saja, rasa penasaran perempuan ini menguap begitu saja berganti dendam yang bergejolak setelah mendengar bahwa suaminya tewas dibunuh. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada sang anak. Si anak yang juga sangat merindukan ayahnya geram. Ia mendesak lelaki berikat pinggang tersebut untuk menceritakan kisah selengkapnya, dan berjanji akan membebaskan si pencerita beserta anak keturunannya.

Waktu berselang. Pesta telah berlalu. Semua raja dan pengikutnya telah kembali ke tempat masing-masing. Si anak yang diselimuti dendam, bertekar menuntut balas. Di asahnya parang berkali-kali hingga tajam-setajamnya. Setelah siap pergilah ia ke Pulau Dana.

Sesampainya di pulau ini, ia menyeret kerbau ke arah danau yang dikelilingin pagar batu. Di pinggir danau tersebut, lalu ia letakkan kerbau sebagai alat penarik para penduduk Pulau Dana. Ia sendiri berdiri di balik gerbang, bersiap membabat setiap leher yang datang.

Insiden berdarah pun terjadi. Semua penduduk yang tertarik lantaran tidak pernah melihat kerbau datang ke danau dan tewas satu-persatu. Semua penduduk habis, hingga hanya menyisakan tujuh orang yang bersembunyi di atas beringin. Ketujuh orang ini adalah seorang pencerita (si pemakai sabuk kerbau) dan keluarganya.

Usai kejadian, ketujuh orang tersebut lalu terkenal dengan sebutan fam (keluarga) Nutu Hitu, yang artinya tujuh beringin. Keluarga ini lalu pergi hijrah ke Rote dan diangkat anak oleh Raja Thie. Pulau Dana pun tak lagi berpenghuni. Hingga saat ini, Fam Nutu Hitu dan Fam Messakh hidup bersaudara. Keduanya tidak bisa kawin karena telah dianggap satu keturunan.
Such a tragedy T_T the conclusion is don’t mess with a girl guys !! 
Dengan banyaknya berita tentang natuna kita pun mengetahui bahwa banyak pulau-pulau kecil di indonesia yang rawan akan di rebut oleh negara tetangga. Bagaimana mengatasinya? Dan apa tindakan pemerintah?

Pulau Dana sendiri terletak si sebelah selatan pulau Rote yang merupakan pulau terluar di selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia. Letaknya strategis karena menjadi pintu masuk jalur pelayaran internasional, tidak berpenghuni, jaraknya cukup jauh dengan pulau terdekatnya, dapat di tempuh dengan motor boat, rawan illegal fishing dan penempatan dari negara tetangga.

Tahun 2010 pemerintah melengkapinya dengan pembangunan patung Jenderal Sudirman yang dibangun di atas taman seluas 1 hektare. Patung ini diresmikan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pada Senin 2 Agustus 2010. Bupati Rote Ndao, Lens Haning menyatakan, dengan adanya Patung Sudirman ditengah-tengah Pulau Dana, memberikan bukti bahwa tidak akan ada klaim dari pihak manapun untuk merebut pulau itu dari NKRI.

Hingga  September 2013 Pemerintah telah merampungkan pembangunan Kantor Posal, Menara dan 2 unit Rumah Dinas (1 Kopel) berikut alsatri dan gengset.  Sedangkan perizinan pembangunan dan pemberian Lahan Pembangunan Pos TNI AL  telah diberikan langsung oleh Bupati Rote Ndao Drs. Leonard Haning, MM kepada Kementerian Pertahanan. Tanah untuk pembangunan barak TNI diberikan secara cuma-cuma oleh keluarga Mesakh sesuai surat permohonan Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang pada 3 September 2007. Mereka juga menyerahkan tanah seluas 400 meter persegi pada 2001 untuk pembangunan mercusuar. Ketika itu keluarga menerima ganti rugi sebesar Rp3 juta dari pemerintah daerah setempat.

Dalam perjanjian antara TNI dan Keluarga Mesakh disebutkan melarang anggota TNI untuk mengambil sarang burung walet di 125 gua, menembak rusa dan menjaga hutan tersebut agar tetap utuh. Keluarga Mesakh pemegang hak ulayat atas Pulau Ndana yang dikukuhkan Pengadilan Negeri setempat pada 8 Januari 1909. Pulau itu juga sudah ditetapkan sebagai taman buru nasional sesuai keputusan Menteri Kehutanan tahun 1993.

Pulau Dana merupakan pulau yang berukuran kecil. Namun melihat potensi kawasan, terutama keindahan pantai di sebelah barat dan timur, kegiatan seperti membangun pariwisata bahari, bisa juga pembangunan laboratorium untuk penelitian dan pengembangan sumber daya laut.
Pulau berpasir putih ini sempat di kelola oleh seorang pengusaha asing asal Australia untuk kegiatan pariwisata beberapa tahun lalu. Australia sudah menguasai Pulau Pasir (Asmore Reef) yang menjadi tempat peristirahatan para nelayan tradisional Indonesia selepas mencari ikan dan biota di Laut Timor. Kawaan tersebut pun sudah di tetapkan oleh Australia sebagai Cagar Alam, sehingga melarang para nelayan mencari ikan di perairan sekitarnya.
Oleh karena itu pemerintah perlu memperbarui benteng-benteng pertahanan yang ada di pulau tersebut agar negara tetangga tidak mengambilnya diam-diam.




Referensi :

Minggu, 03 April 2016

Diplomasi Budaya


            Di era globalisasi sekarang ini ada banyak sekali metode diplomasi, salah satunya yaitu Diplomasi Kebudayaan. Diplomasi Kebudayaan merupakan hal lain yang di gunakan oleh negara untuk berdiplomasi selain menggunakan kekuatan Militer dan Ekonomi.
            Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang di integrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya di koordinasikan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu). Diplomasi kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pemahaman dengan bangsa lain agar lebih mudah, mendapat informasi dan dapat juga mendapat apresiasi dari bangsa tersebut.
            Nah langsung saja saya akan berikan yang bisa dijadikan satu contoh dari pertukaran budaya adalah dari Indonesia – Jepang. Bicara soal musik Jepang, biasanya yang orang pikirkan adalah j-pop dan sebagainya. Saat ini pun pngaruh dari musik jepang luar biasa di tanah air dan penjuru dunia. Namun taukah kalian bahwa sebelum di era sekarang ini dahulu kala di Jepang terkenal dengan jenis musik “enka” yang mirip dengan aliran keroncong?. Saya sendiri mengetahui “enka” bermula dari menonton Naruto (Japan Anime). Apa sih enka? Berupa balada bernada sentimental yang secara unik mengekspresikan luapan perasaan orang jepang.
            Believe it or Not Masyarakat Internasioanl (khusunya Jepang) ternyata lebih mengetahui tentang Gesang (Maestro Keroncong Indonesia) dibanding masyarakat Indonesia sendiri. Cobalah tanya teman-teman seangkatmu pasti ada yang tau dan pernah dengar tapi tidak mengetahui siapa itu. Walaupun kebanyakan hanya orang tua dan generasinya di tahun 80-an tapi masyarakat jepang lebih mengapresiasi karyanya di banding Indonesia. Setiap tahun bahkan ada rombongan Yayasan Peduli Gesang (YGP) dari negara sakura tersebut yang datang ke indonesia untuk belajar tentang musik keroncong, mendengarkan bahkan mengagumi, mereka memiliki penghormatan khusus bagi maestro keroncong tersebut. Itu merupakan salah satu contoh kecil tentang Diplomasi Budaya secara tidak langsung.
            Sedangkan dari Jepang sendiri kita juga bisa belajar banyak tentang budaya negeri sakura tersebut berkat soft diplomacy tersebut. Semakin luasya dan banyaknya kegiatan-kegiatan event yang menjadi pusat perhatian masyarakat dan kawula remaja saat ini. Berkat Diplomasi Kebudayaan dari Jepang pula lah kita sekarang mengetahui apa itu manga(komik), Anime dan musik-musik J-Pop.

SUMBER :