Selasa, 13 Maret 2018

Bisnis Penulis Lepas sebagai Usaha Tanpa Modal

Ada berbagai macam bisnis yang tak perlu menggunakan modal, salah satunya yang akan saya bahas sekarang adalah sebagai seorang Penulis Lepas.

Sebenarnya apa itu Penulis Lepas ?
Penulis Lepas atau Freelance Writer itu adalah pekerjaan yang dapat di lakukan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja tanpa harus terikat kontrak dengan perusahaan.

Apa kelebihan Penulis Lepas ?
Kelebihan nya ada banyak terutama bagi kalian yang suka menulis dan di jadikan sebagai hobby sehari-hari. seperti menulis diary atau suka megarang sebuah cerita. ada pepatah mengatakan bahwa jika kau berbahagia dalam melaksanakan pekerjaanmu maka kau tidak akan pernah merasakan kebosanan dalam bekerja. bagi kalian yang hobby menulis, pekerjaan sebagai Penulis Lepas amatlah menyenangkan.

Apa kelemahan bekerja sebagai penulis lepas?
Satu-satunya yang paling menyakiti hati para penulis adalah jadwal deadline dan di tolaknya karya tulisan kalian oleh editor setempat. maka dari itu di butuhkan sebuah komitmen dan sikap pantang menyerah jika terdapat penolakan dari berbagai macam tempat.  

Bagaimana kesempatan bekerja sebagai Penulis Lepas ? 
Bekerja sebagai penulis lepas adalah hal bebas dan tak di kekang oleh waktu. kalian bisa menjadi penulis lepas di berbagai macam jenis, contoh seperti penulis review dalam wisata, promosi hotel atau lainnya. jadi menurut saya kesempatan dalam pekerjaan ini begitu besar, apalagi dengan majunya teknologi zaman sekarang dimana kita dapat mendapatkan informasi darimana saja dan kapan saja.

Bagaimana dengan pesaing sesama penulis lepas?
Jangan pernah berpikir bahwa saingan dan seseorang yang memiliki pekerjaan sama adalah sebuah musuh. anggaplah mereka sebagai kompetitor dalam meraih hal yang besar sehingga hal tersebut tidak akan memunculkan sifat negatif dari dalam hati kita. dan justru malah menimbulkan sifat positif kita dalam berusaha semaksimal mungkin.

There is no real ending. It’s just the place where you stop the story "Frank Herbert"

 

Minggu, 10 April 2016

Soft Diplomacy Japan (Nippon)

 Hi, guys tahukah kalian kenapa di dunia ini negara seperti Amerika Serikat sangat kuat powernya di antaranya negara lainnya? Yang saya maksud power disini bukanlah kekuatan murni otot saja lhoo . . . melainkan power dalam hal lain seperti pengaruh, budaya negara, pendapat serta kontrol akan negara lain. Nah disini saya akan membahas apa itu power?
POOWEEEERRR
It's theee Poweeerrrrr !!

Power is the rate of doing work. It is the amount of energy consumed pe unit time. Yang bisa juga di artikan bisa menjadi hasil dari kekuatan dan kecepetan. Dalam arti politik power sendiri bisa berupa Kekuasaan.

Nah.. tadi saya memberi contoh tentang Amerika tapi yang saya bahas bukan mengenai negara super power tersebut melainkan negara ini berasal dari asia.

Yupz negara tersebut adalah Jepang. Tidak kalah dengan Amerika dalam hal power, dominasi Jepang di dunia mulai menyebar ke berbagai dunia di era sekarang ini.

Pulau Dana Ujung Selatan Indonesia

Masih ingatkah kalian dengan lagu dari Sabang sampai Merauke? Berisikan tentang batas negara kita dari (Ujung Timur ke Ujung Barat), dari Miangga sampai Pulau Rote (Ujung Utara ke Ujung Selatan) tapi tahukah kalian ternyata pulau paling selatan di Indonesia bukanlah pulau Rote?(NB: guruku dulu menyebutnya pulau Roti)
Nama Pulau tersebut yaitu Pulau DANA!! Surprise?? I’m the one suprise in here! Because . . . that name ? ? is that my island maybe? okey back on topic.

Hari ini saya akan memposting sebuah rangkuman tentang Pulau Dana dan sejarahnya!!


Pulau Dana merupakan salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia yang letaknya di ujung selatan Indonesia yang masih merupakan bagian Nusa Tenggara Timur. Pulau Dana yang berjarak 120 km dari kota Kupang dan 4 km dari pulau Rote ini merupakan salah satu pulau kecil yang tidak berpenghuni tetap. Penghuninya pun saat ini hanyalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai garda terluar di sisi selatan. Karena konon dulu di pulau ini terjadi pembunuhan massal yang hanya menyisakan 7 orang selamat dari seluruh penduduk pulau, oleh karena itu di tempat ini hanya terdapat mereka TNI dan beberapa kawanan hewan kijang. Meski tak berpenghuni bukan berarti Pulau ini tak layak huni. Dengan luas sekitar 2km persegi, pulau indah dengan berpasir putih ini memiliki hutan dan danau air tawar yang di kenal dengan danau merah, di kawasan yang di huni TNI juga terdapat sumber air tawar yang muncul dari tanah galian sedalam 1,5 meter. Disini pun kita juga bisa menemukan beberapa rusa timor yang keberadaannya di lindungi oleh pemerintah Nusa Tenggara Timur.

Saya membaca beberapa informasi mengenai legenda-legenda yang terdapat di pulau ini seperti ada mitos yang mengatakan wanita haid dilarang memasuki area danau merah yang terletak di tengah pulau. Lalu ada lagi yang lebih mengkagetkan, konon menurut kepercayaan masyarakat setempat terdapat dua buah batu Termanu yang memiliki jenis kelamin pria dan wanita setiap batunya. Seriously??? Batu itu bernama Batu Hun dan Batu Suelay. Dan batu itu bisa berjalan berpindah-pindah sendiri, pada zaman dahulu kala sebelum menetap di Rote batu tersebut berada di sekitar Maluku. You don’t say?? Even a stone has girlfriend? By The Way itu tidak lebih hanyalah mitos warga setempat dan kita berhak percaya atau tidak dengan hal tersebut.
Berdasarkan penuturan salah seorang keturunan Raja Thie, ber-fam (keluarga) Messakh, kisah habisnya penduduk Pulau Dana tak lepas dari keberadaan Pulau Rote. Kala itu (pada masa penjajahan Belanda) konon, Pulau Dana dan Rote dipimpin oleh sistem kerajaan. Pulau Rote, mempunyai tiga kerajaan yang baik raja maupun pengikutnya berasal dari penduduk asli, yakni Kerajaan Thie, Termanu, dan Baa.

Sedang di Pulau Dana, berdiam sebuah kerajaan yang baik raja maupun penduduknya merupakan pendatang dari luar NTT (diduga dari Makassar) yang kebetulan singgah saat berlayar, kemudian terpukau kekayaan Pulau Dana dan menemukan air tawar, yang akhirnya menetap di pulau ini.

Suatu malam, ada beberapa nelayan Rote yang pergi mencari ikan hingga terdampar di Pulau Dana. Saat itu konon malam minggu. Malam, dimana penduduk Pulau Dana tengah mengadakan pesta rakyat dengan berdansa atau menari bersama.

Beberapa nelayan Rote tersebut lalu datang menghampiri. Lantaran terpukau kecantikan perempuan Dana, nelayan tersebut menggoda salah seorang di antaranya. Tak ayal, hal ini membuat penduduk lain marah. Nelayan-nelayan tersebut lalu dihabisi oleh penduduk Dana.

Waktu berlalu, hari berganti. Di Rote sendiri, ternyata seorang ibu hamil tengah menunggu suaminya pulang berlayar, namun si suami tak kunjung kembali. Hingga akhirnya si anak lahir dan beranjak dewasa.


Ketika si anak kecil hingga beranjak remaja, si anak selalu bertanya kepada ibunya, kemana ayahnya pergi. Mengapa tak kunjung kembali. Dan ibu selalu menunjuk ke laut, ke arah Pulau Dana, arah yang dituju suaminya untuk berlayar mencari ikan.

Saat si anak beranjak remaja, Raja Messakhraja Kerajaan Thie-menggelar sebuah pesta besar. Ia mengundang seluruh raja dan penduduk Pulau Rote dan pulau-pulau berpenghuni di sekitarnya. Raja Dana dan penduduknya pun datang berkunjung.

Tak disangka, dalam sebuah jamuan, si istri dari nelayan yang terbunuh di Pulau Dana menemui seorang penduduk Dana yang menggunakan ikat pinggang suaminya di pesta tersebut. Ikat pinggang ini terbuat dari kulit kerbau dengan disain khusus, yang ia yakini hanya milik suaminya. Penuh sesak akan rasa rindu dan penasaran atas perginya si suami tanpa kabar, si perempuan itu akhirnya datang menghampiri laki-laki tersebut dan menanyakan dari mana asal ikat pinggang yang dikenakannya.

Benar saja, rasa penasaran perempuan ini menguap begitu saja berganti dendam yang bergejolak setelah mendengar bahwa suaminya tewas dibunuh. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada sang anak. Si anak yang juga sangat merindukan ayahnya geram. Ia mendesak lelaki berikat pinggang tersebut untuk menceritakan kisah selengkapnya, dan berjanji akan membebaskan si pencerita beserta anak keturunannya.

Waktu berselang. Pesta telah berlalu. Semua raja dan pengikutnya telah kembali ke tempat masing-masing. Si anak yang diselimuti dendam, bertekar menuntut balas. Di asahnya parang berkali-kali hingga tajam-setajamnya. Setelah siap pergilah ia ke Pulau Dana.

Sesampainya di pulau ini, ia menyeret kerbau ke arah danau yang dikelilingin pagar batu. Di pinggir danau tersebut, lalu ia letakkan kerbau sebagai alat penarik para penduduk Pulau Dana. Ia sendiri berdiri di balik gerbang, bersiap membabat setiap leher yang datang.

Insiden berdarah pun terjadi. Semua penduduk yang tertarik lantaran tidak pernah melihat kerbau datang ke danau dan tewas satu-persatu. Semua penduduk habis, hingga hanya menyisakan tujuh orang yang bersembunyi di atas beringin. Ketujuh orang ini adalah seorang pencerita (si pemakai sabuk kerbau) dan keluarganya.

Usai kejadian, ketujuh orang tersebut lalu terkenal dengan sebutan fam (keluarga) Nutu Hitu, yang artinya tujuh beringin. Keluarga ini lalu pergi hijrah ke Rote dan diangkat anak oleh Raja Thie. Pulau Dana pun tak lagi berpenghuni. Hingga saat ini, Fam Nutu Hitu dan Fam Messakh hidup bersaudara. Keduanya tidak bisa kawin karena telah dianggap satu keturunan.
Such a tragedy T_T the conclusion is don’t mess with a girl guys !! 
Dengan banyaknya berita tentang natuna kita pun mengetahui bahwa banyak pulau-pulau kecil di indonesia yang rawan akan di rebut oleh negara tetangga. Bagaimana mengatasinya? Dan apa tindakan pemerintah?

Pulau Dana sendiri terletak si sebelah selatan pulau Rote yang merupakan pulau terluar di selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia. Letaknya strategis karena menjadi pintu masuk jalur pelayaran internasional, tidak berpenghuni, jaraknya cukup jauh dengan pulau terdekatnya, dapat di tempuh dengan motor boat, rawan illegal fishing dan penempatan dari negara tetangga.

Tahun 2010 pemerintah melengkapinya dengan pembangunan patung Jenderal Sudirman yang dibangun di atas taman seluas 1 hektare. Patung ini diresmikan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pada Senin 2 Agustus 2010. Bupati Rote Ndao, Lens Haning menyatakan, dengan adanya Patung Sudirman ditengah-tengah Pulau Dana, memberikan bukti bahwa tidak akan ada klaim dari pihak manapun untuk merebut pulau itu dari NKRI.

Hingga  September 2013 Pemerintah telah merampungkan pembangunan Kantor Posal, Menara dan 2 unit Rumah Dinas (1 Kopel) berikut alsatri dan gengset.  Sedangkan perizinan pembangunan dan pemberian Lahan Pembangunan Pos TNI AL  telah diberikan langsung oleh Bupati Rote Ndao Drs. Leonard Haning, MM kepada Kementerian Pertahanan. Tanah untuk pembangunan barak TNI diberikan secara cuma-cuma oleh keluarga Mesakh sesuai surat permohonan Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang pada 3 September 2007. Mereka juga menyerahkan tanah seluas 400 meter persegi pada 2001 untuk pembangunan mercusuar. Ketika itu keluarga menerima ganti rugi sebesar Rp3 juta dari pemerintah daerah setempat.

Dalam perjanjian antara TNI dan Keluarga Mesakh disebutkan melarang anggota TNI untuk mengambil sarang burung walet di 125 gua, menembak rusa dan menjaga hutan tersebut agar tetap utuh. Keluarga Mesakh pemegang hak ulayat atas Pulau Ndana yang dikukuhkan Pengadilan Negeri setempat pada 8 Januari 1909. Pulau itu juga sudah ditetapkan sebagai taman buru nasional sesuai keputusan Menteri Kehutanan tahun 1993.

Pulau Dana merupakan pulau yang berukuran kecil. Namun melihat potensi kawasan, terutama keindahan pantai di sebelah barat dan timur, kegiatan seperti membangun pariwisata bahari, bisa juga pembangunan laboratorium untuk penelitian dan pengembangan sumber daya laut.
Pulau berpasir putih ini sempat di kelola oleh seorang pengusaha asing asal Australia untuk kegiatan pariwisata beberapa tahun lalu. Australia sudah menguasai Pulau Pasir (Asmore Reef) yang menjadi tempat peristirahatan para nelayan tradisional Indonesia selepas mencari ikan dan biota di Laut Timor. Kawaan tersebut pun sudah di tetapkan oleh Australia sebagai Cagar Alam, sehingga melarang para nelayan mencari ikan di perairan sekitarnya.
Oleh karena itu pemerintah perlu memperbarui benteng-benteng pertahanan yang ada di pulau tersebut agar negara tetangga tidak mengambilnya diam-diam.




Referensi :

Minggu, 03 April 2016

Diplomasi Budaya


            Di era globalisasi sekarang ini ada banyak sekali metode diplomasi, salah satunya yaitu Diplomasi Kebudayaan. Diplomasi Kebudayaan merupakan hal lain yang di gunakan oleh negara untuk berdiplomasi selain menggunakan kekuatan Militer dan Ekonomi.
            Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang di integrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya di koordinasikan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu). Diplomasi kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pemahaman dengan bangsa lain agar lebih mudah, mendapat informasi dan dapat juga mendapat apresiasi dari bangsa tersebut.
            Nah langsung saja saya akan berikan yang bisa dijadikan satu contoh dari pertukaran budaya adalah dari Indonesia – Jepang. Bicara soal musik Jepang, biasanya yang orang pikirkan adalah j-pop dan sebagainya. Saat ini pun pngaruh dari musik jepang luar biasa di tanah air dan penjuru dunia. Namun taukah kalian bahwa sebelum di era sekarang ini dahulu kala di Jepang terkenal dengan jenis musik “enka” yang mirip dengan aliran keroncong?. Saya sendiri mengetahui “enka” bermula dari menonton Naruto (Japan Anime). Apa sih enka? Berupa balada bernada sentimental yang secara unik mengekspresikan luapan perasaan orang jepang.
            Believe it or Not Masyarakat Internasioanl (khusunya Jepang) ternyata lebih mengetahui tentang Gesang (Maestro Keroncong Indonesia) dibanding masyarakat Indonesia sendiri. Cobalah tanya teman-teman seangkatmu pasti ada yang tau dan pernah dengar tapi tidak mengetahui siapa itu. Walaupun kebanyakan hanya orang tua dan generasinya di tahun 80-an tapi masyarakat jepang lebih mengapresiasi karyanya di banding Indonesia. Setiap tahun bahkan ada rombongan Yayasan Peduli Gesang (YGP) dari negara sakura tersebut yang datang ke indonesia untuk belajar tentang musik keroncong, mendengarkan bahkan mengagumi, mereka memiliki penghormatan khusus bagi maestro keroncong tersebut. Itu merupakan salah satu contoh kecil tentang Diplomasi Budaya secara tidak langsung.
            Sedangkan dari Jepang sendiri kita juga bisa belajar banyak tentang budaya negeri sakura tersebut berkat soft diplomacy tersebut. Semakin luasya dan banyaknya kegiatan-kegiatan event yang menjadi pusat perhatian masyarakat dan kawula remaja saat ini. Berkat Diplomasi Kebudayaan dari Jepang pula lah kita sekarang mengetahui apa itu manga(komik), Anime dan musik-musik J-Pop.

SUMBER :

Sabtu, 24 Oktober 2015

Budaya sebagai perubah peradaban

Sebelum kita membahas apa itu budaya, akan lebih baiknya jika kita mengetahui apa itu budaya dan apa artinya.
Kebudayaan = Cultuur (Bahasa Belanda) = Culture (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “Segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dilihat dari Bahasa Indonesia, Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhiyah”, yaitu bentuk jamak dari budhhi yang berarti budi atau akal. Dalam studi Antropologi dan Sosiologi akan ditemukan sejumlah pengertian kebudayaan yang sering berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, Selo Sumarjan dan Sulaiman Sumardi, sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik merumuskan bahwa kebudayaan adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan; rasa meliputi jiwa manusia yang diwujudkan dalam norma-norma dan nilai-nilai; dan cipta merupakan pikiran orang-orang dalam hidup bermasyarakat.
Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan istilah Cultural-Determinism yaitu, segala sesuatu yang ada di Masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun menurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Andreas Eppink berpendapat bahawa,kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai dan norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan pengertian nilai dan norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, serta segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Nah, setelah mengetahui apa itu arti dari kebudayaan diatas. Sekarang kita berlanjut untuk membahas tentang budaya yang sedang HOT di kalangan para remaja dan anak-anak. Sebagian remaja mengenal tentang Budaya Jepang melalui Anime, Manga (komik khas jepang), Cosplay (Dandan ala karakter), Idol Grup (grup idola yang berisi beberapa member) bahkna tak jarang pula yang mengetahui tentang Industri Dewasa Jepang seperti J*V dan H*NT*I (If You Know What I Mean) LoL.
Ngomongin tentang desain karakter dalam Anime dan Manga sekarang ini telah berkembang yang namanya Cosplay yang berarti menirukan gaya berpakaian para karakter di anime atau manga. Tak cuman pakaian, gaya rambut, tingkah laku, bahkan raut wajah sampai di tiru. Tak jarang ada yang rela melakukan operasi plastik demi mirip dengan karakter idolanya. Para Cosplayer(orang yang bercosplay) biasanya tak segan merogoh kocek besar demi penampilannya. Cosplay bahkan juga telah dilombakan di berbagai tempat, contohnya seperti AFA (Anime Festival Asia) yaitu gelaran festival Anime dan Manga se asia, dan belum lama ini digelar di indonesia, tepatnya di JCC. Disana, para cosplayer unjuk gigi mengadu kreatifitas mereka dalam melakukan cosplaying. Di AFA, tak hanya ada para cosplayer, disana juga ada beberapa kreator manga dan anime terkenal, mereka disana akan menyapa para fans dan tak lupa memberikan tanda tangan sebagai kenang kenangan.
Anime dan Manga juga telah merembet ke industri hiburan dan permainan, buat para kolektor mainan, banyak karakter anime dan manga yang telah dijadikan action figure, salah satu produsen action figure terkenal adalah nendoroid, walaupun harga yang dipatok sangat tinggi untuk sebuah action figure nendoroid, remaja di indonesia, khususnya di jakarta tak keberatan merogoh kocek demi mengoleksi sebuah atau beberapa nendoroid. Kalau ngomongin masalah anime dan manga, pasti ga ada habis2nya deh hehe :D
Buat gue sendiri jujur gue juga fans Anime dan Manga bahkan Light Novel juga. Manga bikin gue hobi nggambar sejak dulu, bahkan menyamai level author terkenal seperti (Eichiro Oda dan Masashi Kishimoto) tapi bohong sih :D , Baiklah guys kita kembali ke topik tentang apa itu kebudayaan populer jepang.

Budaya populer Jepang merupakan sebuah budaya yang berasal dari Jepang yang diakui, dinikmati, disebarluaskan dan merupakan jalan hidup mayoritas masyarakat Jepang secara umum. Budaya populer Jepang seperti fashion dan drama TV kini telah memasuki kawasan Asia secara mendalam. Dimulai dari animasi hingga idola, budaya muda Jepang telah menciptakan sekelompok orang yang lebih sering disebut sebagai penggemar di dalam kawasan Asia. Manga yang juga merupakan bagian dari budaya populer Jepang seperti animasi, karakter, permainan komputer, fashion, musik pop, dan drama TV merupakan berbagai variasi dari budaya populer Jepang yang telah diterima dengan baik di bagian timur dan tenggara Asia. Namun semua itu tidak seperti apa yang telah diulas dalam media.
Hal ini bukan untuk mengatakan bahwa ekspor dari budaya populer Jepang merupakan suatu fenomena yang baru. Budaya itu sendiri telah lama berkembang di luar Jepang dan terutama di bagian timur dan tenggara Asia setidaknya sejak akhir tahun 1970-an. Animasi dan komik Jepang seperti Doraemon, sebuah cerita fantasi yang memperkenalkan robot berbentuk seperti kucing yang dapat membuat keinginan dari anak-anak menjadi kenyataan, hal ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi anak-anak hampir di seluruh bagian dari Asia.
Bagaimanapun juga akhir-akhir ini, penyebarluasan budaya populer Jepang di bagian timur dan tenggara Asia telah maju ke tahap yang lebih lanjut. Industri media Jepang dan industri media Asia lainnya secara sistematis dan kolaboratif mempromosikan budaya populer Jepang sebagai sebuah konsumsi yang rutin bagi kalangan muda secara luas di berbagai macam pasar di bagian timur dan tenggara Asia. Banyak kalangan muda yang merasakan simpati yang lebih intensif terhadap roman yang diceritakan dalam drama TV Jepang, atau dengan fashion terbaru, gaya musik populer yang trendi, atau dengan gosip mengenai bintang idola Jepang daripada yang mereka rasakan terhadap bagian dari budaya populer Amerika yang telah lama mendominasi dunia budaya kalangan muda.
Ada 3 hal budaya populer Jepang yg terkenal di Dunia :
Manga atau yang lebih dikenal dengan komik dalam bahasa Indonesia merupakan suatu media yang di dalamnya terdapat sekumpulan gambar yang mengandung cerita yang bermacam-macam variasinya. Pada umumnya manga dicetak dalam warna hitam-putih dan terkadang ada beberapa bagian yang dicetak berwarna. Di Jepang, manga pada umumnya dicetak dalam majalah yang berukuran sebesar buku telepon dan sering terdiri dari berbagai cerita yang bersambung pada episode berikutnya. Di Indonesia sendiri ada Dua penerbit manga terbesar yaitu Elex Media Komputindo dan m&c Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia. Sekitar tahun 2005, kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics yang lebih berfokus pada penerbitan manga-manga bergenre Seinen (Dewasa). Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka manga tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk buku saja, namun juga dapat dibaca melalui situs tertentu menggunakan internet. Manga yang dibaca melalui internet tersebutlah yang kemudian disebut dengan manga scan. Manga scan diproduksi melalui proses yang disebut Scanlation (scanning, translation and editing) yaitu suatu proses memindai halaman per halaman dari manga yang telah diterbitkan di Jepang. Setiap naskah halaman yang berbahasa Jepang tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya sesuai dengan keinginan, lalu melalui proses penyuntingan untuk meningkatkan kualitas gambar. Scanlation muncul secara bertahap seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang mempunyai akses internet dan didukung oleh peranti lunak untuk melakukan editing gambar dan pendistribusian data. Pada awalnya, manga scan dimulai karena kurangnya akses terhadap manga di luar Jepang. Selain karena faktor biaya yang mahal karena manga harus di impor terlebih dahulu baru dapat dinikmati di negara selain Jepang, faktor waktu juga menjadi masalah karena para penggemar manga di luar Jepang seperti Indonesia tidak dapat langsung menikmati manga-manga baru yang diterbitkan di Jepang.


Anime (アニメ) adalah produksi animasi Jepang yang menampilkan hasil gambar animasi melalui tangan maupun komputer. Istilah anime merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris “animation”. Dalam bahasa Inggris, istilah ini didefinisikan sebagai penyebarluasan gaya animasi Jepang yang pada umumnya dicirikan dengan grafis yang warna-warni, karakter yang bersemangat dan tema yang terkadang tidak masuk akal. Terkadang arti yang diinginkan dari istilah ini bervariasi tergantung dari konteks yang dibahas. Secara umum anime pada awalnya dikenal sejak tahun 1917, dan banyak animasi asli Jepang yang diproduksi pada dekade-dekade setelahnya namun karakteristik gaya anime mulai dikembangkan pada tahun 1960 – yang ditandai dengan karya Osamu Tezuka – dan mulai dikenal di luar Jepang pada tahun 1980-an. Seperti halnya manga, anime juga memiliki audiens yang besar di Jepang dan juga diakui di seluruh dunia. Distributor dapat menayangkan anime melalui siaran TV, secara langsung ke video ataupun dengan teater maupun secara online. Baik dengan gambar tangan ataupun animasi komputer, keduanya digunakan dalam serial TV, film, video, video games, iklan, dan internet rilis. Seiring dengan meningkatnya pasar anime di Jepang, anime juga mendapatkan popularitas di timur dan tenggara Asia. Saat ini anime populer di berbagai daerah di seluruh dunia.



Cosplay (コスプレ Kosupure?) adalah kata-kata Bahasa Jepang yang dibuat dari menggabungkan dua kata dari Bahasa Inggris (wasei-eigo) "costume" dan "play". Cosplay merupakan sebuah pertunjukan seni di mana para pesertanya menggunakan kostum dan aksesori yang menunjukkan secara spesifik suatu karakter atau ide. Pada umumnya cosplay mengacu pada manga dan anime, komik, manhwa, video games, penyanyi dan musisi, serta film. Istilah cosplay diciptakan oleh Nov Takahashi pada tahun 1984 ketika menghadiri sebuah konvensi sci-fi di Los Angeles. Takahasi terinspirasi dari costume masquerade dan menulisnya dalam majalah sci-fi Jepang yang kemudian menyebar dengan cepat di Jepang sebagai sebuah pertunjukan seni yang baru. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa cosplay berasal dari Jepang, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Forrest J. Ackerman menginspirasi fan-costuming di seluruh dunia ketika pertama kali mengenakan kostum futuristik yang dibuat oleh Myrtle R. Douglas pada konvensi dunia pertama dalam bidang Science Fiction pada tahun 1939 di Caravan Hall, New York. sejak saat itu istilah cosplay telah menyebar ke negara-negara di seluruh dunia seperti Filipina, Cina, Italia, Perancis, Meksiko, Brazil, Rusia, Kanada, dan negara-negara lainnya. Meskipun banyak negara yang berhasil menghasilkan kreasi-kreasi yang hebat dalam kostum namun Jepang merupakan negara eksportir terbesar dalam hal cosplay yang berkualitas. Jepang berhasil membawa cosplay ke tingkat yang baru di mana Jepang berhasil mengubahnya ke dalam bentuk seni yang menginspirasi para cosplayer di seluruh dunia.


Populernya anime dan manga juga membuat rasa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap Jepang meningkat. Tentunya ini bukan hal yang seluruhnya buruk karena rasa ketertarikan dapat memberikan nilai yang positif pada hubungan antar negara, namun harus diperhatikan lagi bahwa ketertarikan ini menyebabkan masyarakat—terutama kalangan muda—lebih tertarik dengan budaya Jepang daripada budaya Indonesia sendiri. Acara-acara bertemakan Jepang pun marak bermunculan dengan kegiatan seperti lomba cosplay dan menggambar manga. Di kehidupan sehari-hari, gaya rambut hingga makanan Jepang pun mulai digemari oleh masyarakat bahkan dianggap lebih superior oleh sebagian. Pengaruh kebudayaan ini pun terasa dalam bidang akademis yang pada Seminar Hasil Penelitian Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (UI) di Auditorium Pusat Studi Jepang (PSJ) tanggal 12 September 2009 dikemukakan hasil penelitian yang mengejutkan bahwa banyak skripsi mahasiswa—terutama dari program studi Jepang—yang hasilnya menunjukkan pola pikir yang terhegemoni budaya Jepang. Pengaruh kebudayaan Jepang yang disebarkan melalui anime dan manga sudah merasuk di berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia. Karena itu, diperlukan filterisasi terhadap budaya Jepang dan penguatan terhadap budaya lokal agar masyarakat tidak terhegemoni.
Penyebaran anime dan manga Jepang yang telah meluas di Indonesia menjadi media penyebaran budaya Jepang. Cerita dalam anime dan manga tersebut  menarik, ringan, dan menggambarkan Jepang dengan kebudayaannya yang baik dan indah. Sehingga akan mudah diterima, melekat dan berbaur dengan  budaya Indonesia dan tidak menyulitkan pembaca untuk memahami informasi yang terdapat dalam komik tersebut. Penyebaran budaya Jepang ini menjadi sebuah popular culture dalam masyarakat Indonesia. Komik telah menjadi sebuah rutinitas membaca anak-anak dan remaja Indonesia. Disetiap toko buku dan acara televisi akan diterbitkan dan disiarkan anime dan manga Jepang tersebut.
Segala bentuk budaya dalam anime dan manga, juga dijadikan sebagai trend oleh para remaja Indonesia dalam berpakaian, yang dituangkan dalam sebuah cosplay. Cosplay yang berasal dari kata costum play, merupakan sebuah seni berpakaian dalam masyarakat Jepang. Namun saat ini telah menjadi sebuah budaya baru di Indonesia. Pertunjukan cosplay dimana setiap orang menunjukkan kostum yang merupakan karakteristik tokoh dalam manga yang sesuai dengan dirinya. Penampilan, pakaian, dan gaya rambut akan mengikuti sama dengan tokoh manganya. Cosplay ini biasanya diikuti oleh para remaja yang memang penggemar dari manga atau bentuk budaya Jepang lainnya. Pertunjukkan cosplay ini pun tidak hanya diadakan sekali, tetapi rutin akan berpindah dari setiap kota di Indonesia.
Hal-hal tersebut merupakan bentuk keminatan masyarakat Indonesia terhadap budaya Jepang. Anime dan manga ini sudah menjadi sebuah popular culture, bahkan sampai mendunia. Budaya lokal Indonesia menjadi tertutupi dengan munculnya anime dan manga ini. Budaya lokal Indonesia, seperti wayang,  telah kalah bersaing dalam menarik perhatian masyarakatnya sendiri. Budaya asing yang masuk ke Indonesia, khususnya budaya Jepang, akan cepat diterima karena penyebaran budaya yang dilakukanya dengan cara yang sederhana, yaitu melalui anime dan manga. Hal ini menjadikan budaya Jepang mendominasi dari budaya lokal Indonesia. Dominasi Jepang terhadap budaya Indonesia menjadi sebuah ciri hegemonisasi yang dilakukan Jepang.
Media massa yang menjadi tempat penyampaian informasi dapat berfungsi politik bagi pemerintah sebagai alat hegemoninya terhadap negara lain. Dominasi budaya Jepang terhadap budaya Indonesia menjadi soft power Jepang dalam rangka melakukan hegemoninya di Indonesia. Hal ini akan meningkatkan power Jepang dan meningkatkan pembangunan dalam negerinya. Masyarakat Indonesia secara tidak sadar telah dihegemoni dengan cara yang halus dan sederhana oleh negara sakura tersebut. Indonesia yang juga memiliki kebudayaan yang beragam tidak mampu bersaing dengan kebudayaan Jepang. Hal ini patut menjadi suatu perhatian bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk tetap melestarikan kebudayaan yang kita miliki.
Latar belakang berkembangnya kebudayaan populer Jepang tidak bisa terlepas dari perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini. Jepang sebagai salah satu negara yang memimpin dalam bidang teknologi berhasil memanfaatkan peluang ini untuk menguatkan hegemoni kepentingan mereka, terutama pada bidang kebudayaan populer. Perkembangan teknologi informasi inilah yang kemudian menjadi sebab Jepang mengeluarkan sebuah kebijakan bernama Joho Shakai. Joho Shakai dapat diartikan sebagai “the information intellegence society”, masyarakat cerdas dengan akses yang luas terhadap informasi. Masyarakat Jepang memahami betul akan kegunaan intelegency melalui pendidikan formal maupun non-formal, sehingga wujud pada kebijakan ini adalah pendidikan yang merata bagi semua warga Jepang, dari kelas apapun tanpa terkecuali. Joho Shakai pada akhirnya membuat Jepang berhasil mewujudkan sebuah tatanan masyarakat informasi yang berintelegensi dan mampu menghadapi segala tantangan era informasi, daripada proses berkelanjutan yang dibangun dalam perkembangan dunia teknologi dan komunikasi yang mengalir begitu cepat.
Karena sebab kemajuan teknologi dan kapasitas produksinya, Jepang menemukan sebuah masalah baru, sebuah narsisme budaya, kalau bisa dikatakan, karena dua hal yang telah disebutkan sehingga mereka merasa mengalami apa yang dinamakan sebagai “superiority complex” diatas bangsa Asia yang lain. Dalam wacana ini, pemerintah Jepang melakukan beberapa hal untuk dapat mengusai pasar industri kreatif. Langkah pertama adalah menjadikan industri teknologi komunikasi informasi sebagai national goal yang harus dicapai secara berkelanjutan. Kedua, mengadopsi budaya asing untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakatnya dengan artian, Jepang melakukan penyerapan budaya asing untuk dipadukan dengan budaya asli mereka, sehingga mereka menciptakan sebuah produk budaya kontemporer baru yang siap untuk dipasarkan bahkan di luar bangsa Jepang. Ketiga, melakukan kerjasama atau pembelian perangkat lunak penyiaran Jepang. Akibatnya, hal ini nampak pada indeks daya kompetitif industri ICT International tahun 2007 yang menempatkan Jepang di peringkat kedua setelah Amerika dengan overral index score mencapai 72.7 dan peringkat pertama pada R & D Envinroinment di atas negara-negara maju lainnya.
Secara garis besar dan secara umum, hal inilah yang menjadi substansi untuk memahami betapa Jepang berhasil mendominasi industri kreatif lokal dengan kebudayaan yang sama sekali berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Jepang berhasi menguasai pasar industri kreatif melalui beberapa kali tahapan yang berkesinambungan sejak tahun 1980 hingga dekade tahun 2000 ke atas dengan segala produknya seperti anime, manga, cosplay, lagu, drama, hingga fashion dan model. Di Indonesia, atau mungkin bahkan di beberapa negara lainnya, Jepang berhasil menggeser posisi Amerika dengan Cartoon yang mereka miliki sebelum era Anime Jepang. Pada akhirnya, penetrasi budaya menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan dan Jepang secara umum berhasil mendominasi pasar industri kreatif di Indonesia. Sekali lagi, pada akhirnya, diplomasi menjadi bahasa yang menarik untuk mengkaji hegemoni dan dominasi suatu negara terhadap negara lainnya.
Kebanyakan penelitian tentang budaya populer Jepang di luar negeri terdiri dari sejumlah studi kasus yang berisi anekdot-anekdot dengan kecenderungan untuk memberikan hak istimewa kepada teks tersebut beserta hal-hal yang digambarkannya. Hal ini sebagian dapat dimengerti, karena ketertarikan terhadap sebuah disiplin khusus dalam akademik dan kurangnya informasi empiris yang comprehensif dalam bidang ini. Terbitan yang diedit oleh Timothy J. Craig  yang berjudul Japan Pop! Inside the World of Japanese Popular Culture (2000), merupakan contoh yang bagus. Buku ini mendiskusikan kesuksesan budaya populer Jepang di tahun 1990-an. Dalam tiga belas artikel terdepan terdapat analisa tekstual tentang musik Jepang, komik, animasi, program televisi, dan film-film, sementara empat artikel terakhir mendiskusikan tentang disseminasi komik, animasi dan artis-artis pop Jepang di luar negeri.
Contoh yang menarik lainnya adalah terbitan yang diedit oleh John Lent, Asian Popular Culture (1995), dan yang diedit oleh Timothy J. Craig dan Richard King, Global Goes Local: Popular Culture in Asia (2002). Buku-buku ini memuat analisa-analisa tentang produk-produk khusus dari budaya populer Jepang dan pangsanya, mengamati konteks-konteks dalam isi cerita, praktek, dan arti sosial secara luas. Contohnya dalam Asian Popular Culture, Ron Tanner mengamati pembuatan mainan animasi, proses ekspor ke Amerika, dan bagaimana mainan tersebut merefleksikan “kecenderungan negara (Jepang), paling tidak agenda pemerintah” dalam upaya untuk masa depan yang lebih cerah (100). Dalam edisi yang sama, Ito Kinko mempertanyakan tentang arti majalah komik mingguan di Jepang, di sini dia berargumen bahwa “ majalah komik merefleksikan kenyataan sosial tentang pekerjaan dan peran wanita, struktur kekuatan jender, dan standar ganda” (134). Sama halnya dalam Global Goes Local, Mark Mac Williams berpendapat bahwa komik terkenal Hi no tori (The Phoenix) karangan Osamu Tezuka secara tersirat merupakan “revisi dari kepercayaan orang Jepang“ . Ada banyak contoh lain seperti trend-trend ini yang telah diterbitkan. Seperti tulisan-tulisan penting oleh Martinez 1998; Mori 2004; Otake dan Hosokawa 1998; Achodt 1996; dan Treat 1996.
Dalam menjelaskan keberhasilan budaya populer Jepang di Asia Timur dan Tenggara (tidak di Amerika atau Eropa), beberapa orang berpendapat bahwa “cultural proximity” (kedekatan budaya) menentukan jalanya penyebaran aliran budaya, atau “Asian fragrance” (keharuman Asia) yang dengan mudah bergema dikalangan konsumen lokal. Menurut pendapat ini,  penyebaran budaya merupakan geo-kultural dan tidak hanya antar negara. Tulisan-tulisan  tentang drama TV Jepang di Asia Timur dan Tenggara, Iwao Sumiko memperkenalkan konsep “shared sensibilities” (perasaan besama) (1994: 74), Honda Shino menulis “East Asian psyche”(Jiwa Asia Timur) (1994 : 76), dan Igarashi Akio menulis “cultural sensibility” (perasaan budaya) (1997 : 11). Walaupun sebenarnya “kedekatan budaya” ini tidak dapat dijelaskan, contohnya mengapa kalangan pemuda Taiwan memilih untuk membeli produk-produk Jepang dari pada Cina, atau mengapa pelajar-pelajar Thailand lebih suka mendengarkan musik Amerika, yang secara nyata tidak dekat secara budaya.
Beberapa orang lain berpendapat bahwa produk-produk budaya populer Jepang “tidak bermuka” (faceless) (seperti tulisan Alison 2000; Shiraisi 2000). Ini karena daya tarik budaya populer Jepang yang bersifat tidak nasional dan karenanya sangat mudah untuk di-transfer, sehingga budaya tersebut tidak bisa dikenali lagi sebagai budaya orang Jepang. Memang sangatlah sulit untuk melihat ciri khas Jepang pada karakter animasi  Hello Kitty, Doraemon, atau Poke’mon, ataupun bagaimana melihat sebuah pesan budaya yang mungkin terbawa oleh produk-produk tersebut yang diterima oleh konsumen-konsumen di Asia.
Sementara itu, konsumen-konsumen di Asia Timur dan Tenggara sepertinya mampu mengenali produk-produk budaya yang berasal dari Jepang. Ketikan melakukan sejumlah interpretasi dari survey questioner dengan 239 mahasiswa dari universitas di Hongkong, Bangkok dan Seoul 1, salah kesan terkuat yang saya lihat adalah bahwa kebanyakan mampu mengidentifikasi animasi, musik, dan komik-komik yang berasal dari Jepang, walaupun produk-produk tersebut telah dialih bahasakan dengan bahasa lokal. Mereka juga mampu membedakan mana yang merupakan produk asli yang diimpor dan mana yang imitasi buatan lokal diantara produk-produk budaya populer Jepang. Dalam konteks ini, “bau ke-Jepang-an” dari barang barang tersebut mungkin terletak pada penampakan tertentu yang pengelompokannya dapat diasosiasikan dengan “Jepang” yang dapat dikenali dan dihargai oleh konsumennya, daripada isinya yang berupa budaya yang berbau “Asia”.
Tulisan Iwabuchi Koichi (2002; 2004) memberikan pendekatan baru, seseorang yang menginterpretasikan manifestasi kegiatan-kegiatan budaya Jepang dalam sebuah dinamika budaya yang lebih luas. Iwabuchi adalah seorah pioner dalam penelitian budaya populer Jepang di Asia Timur dan Asia Tenggara, dan hasil kerjanya memberikan banyak bukti tentang popularitas drama televisi Jepang di Taiwan, Hongkong, Bangkok, Korea Selatan, dan Cina daratan. Dia berpendapat bahwa konsep “cultural proximity” (kedekatan budaya) tidak selalu memberikan penjelasan tentang konsumsi budaya populer Jepang. Dia berargumen bahwa produk budaya populer Jepang mewakili ide-ide “modern” yang menjadi pilihan para konsumen.
Dalam bukunya Recentering Globalization (2002), Iwabuchi meletakkan kebangkitan kekuatan budaya Jepang sejalan dengan process globalisasi. Argumen dasar yang dia pakai adalah ekspansi budaya Jepang ke Asia di tahun 1990-an berhubungan dengan kekuatan desentralisasi dari hubungan global-lokal. Dalam pandangan Iwabuchi, perusuhaan-perusahaan media Jepang telah mengekpor pengalaman Jepang dalam penyebaran budaya barat di Asia (20). Dengan demikian orang-orang di Asia tidak lagi mengkonsumsi “Barat” tetapi versi yang dilokalisasi atau gabungan dari keduanya (105).
Oke Guys mari sekarang kita bahas soal masyarakat penggemar anime dan manga disebut apa di dunia ini. Yupz pasti kalian sudah tidak asing dengan nama OTAKU kan?? Pengertian dari Otaku (おたく) adalah istilah bahasa jepang yang digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi atau kata ganti orang kedua yang paling sopan dalam bahasa Jepang baku, setara dengan kata "Anda" dalam bahasa Indonesia.
Sejak paruh kedua dekade 1990-an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti Anime dan Manga, bahkan ada orang yang menyebut dirinya sebagai Otaku."


Tapi guys jangan pernah berbangga menyebut diri anda Otaku di Jepang sana yaa, karena disana konotasinya negatif dalam arti bukan negatif karena kriminal tapi melainkan orang yang terlalu menekuni hobinya. Semoga kita bisa ke Jepang :D :D
Berikut saya bertanya kepada orang-orang sekitar dan pendapat mereka tentang pengaruh kebudayaan jepang terhadap Indonesia :
1.      Kebudayaannya sangat cepat. (Fajar-FISIP I.KOM semester 1)
2.      Positifnya Mempercepat globalisasi dan modernisasi di Indonesia dan Negatifnya banyak orang yang sekarang perlahan melupakan budaya indonesia dan mengarah ke jepang. (Analieza-FISIP HI semester 1)
3.      Terjadi timbal balik yang baik bagi Indonesia, sebab terjadi kedua kebudayaan yang saling menguntungkan bagi dua negara tersebut. Disisi kepopuleran budaya jepang di Indonesia,memberikan pandangan yang signifikan bagi masyarakat indonesia untuk lebih mencintai budaya sendiri dan bisa mengembangkan budaya indonesia menjadi populer seperti budaya jepang. (Yustian-HUKUM semester 7)
4.      Tidak masalah kebudayaan jepang populer di Indonesia dan banyak remaja yang menggandrunginya. Asalkan mereka juga tidak serta merta melunturkan budaya luhur indonesia sebagai jati diri mereka. (Aditya Haris-FISIP HI semester 1)
5.      Kebudayaan Jepang sudah semakin menjamur,itu terbukti dengan banyaknya J-Fest yang di ikuti oleh berbagai kalangan (Wina-Management semester 3)
6.   Menurut saya yang juga penggiat Pop Culture Jepang, sudah sangat berkembang walaupun perkembangan tersebbut menimbulkan sebubabh konflik dimanakonflik tersebut biasanya terjadi antar komunitas penggiat itu sendiri., di perkembangan ini juga timbul kesenjangan sosial, kurang rasa toleransi,dan rasa menghormati yang bertolak belakang dengan norma budaya indonesia itu sendiri karena biasanya para penggiat baru memiliki percaya diri yang bebbsar agar dapat diterima di komunitasnya (Prasetya-FISIP HI semester 1)


Nah dari semua pembicaraan diatas kita tahu bahwa hegemoni Jepang begitu besar terhadap Indonesia bahkan dunia sekalipun, bolehlah kita mengidolakan orang" luar negeri dan sebagainya tapi yang perlu di ingat kita tidak bboleh melupakan tentang budaya dan peradababan di Indonesia juga Guys!!!